Jumat, 29 Maret 2013

Penyair Amerika/Eropa

Selamat malam sobat Tegar Indo blogspot, kali ini Admin akan posting beberapa Puisi yg dikirim dari sobat kita dari Amerika sana,, wow.. jauh banget ya hehehehe... langsung saja kita baca puisi berikut ini
Puskin, Alexander

Seruan Kepada Semua Penyair ~ Alexander Puskin

 

Kawanku, jangan mengindahkan kepopularan!
Kebisingan pujian yang ghairah akan berlalu sekelip mata,
Biarpun kau mendengar kritik orang bodoh dan gelak orang ramai acuh tak acuh
Kau mesti tetap teguh, tenang dan tafakur.
Kau harus berdaulat dan tidak bergantung pada sesiapa. Pilihlah jalan sendiri
Berpandukan akal budimu yang bebas,
Sambil menyempurnkan buah fikiranmu yang paling bernilai,
Dengan tidak menuntut penghargaan terhadap kejayaanmu yang luhur.
Penghargaan itu tersimpan di dalam dirimu.
Kau adalah penilai dirimu yang muktamad.
Kaulah yang paling kritis tentang ciptaanmu.
Apakah kau berpuas hati dengan hasil tulisanmu yang kau periksa?
Kalau begitu biarlah orang banyak mengeji hasil karyamu,
Meludahi api yang bernyala ditempat pujaanmu
Sambil tersasul menggongcangkan tripod dengan persembahanmu yang suci.
~ Alexander Puskin 

Dari Lingkungan Hidupnya Anak-anak Belajar

Jika anak dibesarkan dengan celaan
Ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan
Ia belajar menentang
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan
Ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi
Ia belajar jadi penyabar
Jika anak dibesarkan dengan dorongan
Ia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian
Ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan
Ia akan terbiasa berpendirian
~ Dorothy Law Nolte

Puisi Ralp Waldo Emerson

 Untuk ketawa tanpa was-was kerap kali:
Untuk menghargai kecantikan:
Untuk menemui ibu-ibu yang terbaik:
Untuk meninggalkan dunia dalam keadaan yang lebih baik…
Untuk mengetahui yang hidup saya menjadi lebih bahagia kerana anda hidup: Itulah makna kejayaan.

Kotamu ~ Constantine Cavafy

Kata kau: ‘Aku akan merantau ke pantai lain, bumi lain;
kota yang indah akan ku temui,
tiap langkahku di sini mengutuk nasib
dan hatiku seperti mayat telah terkuburkan.
Berapa lama lagi mesti jiwaku bertanggak di sini,
bumi tandus tempat tumpah semua impian,
daerah runtuh keutuhan suatu kehidupan.’
Kau tak akan menemui pantai lain, bumi lain.
Seperti bayang kau kota ini akan mengikut langkah kau:
di lorong yang sama kau akan berulang-alik,
di simpang yang sama diri kau akan kau sua,
di rantau yang sama rambut kau akan beruban.
Kau akan sentiasa tiba di kota ini- dimana-mana.
Tiada kapal menunggu kau, semua jalan tertutup.
Kehidupan yang telah kau sia-siakan di sudut ini
telah kau sia-siakan di serata dunia ini.
Dari sajak Constantine Cavafy, berdasarkan terjemahan Inggerisnya berjudul ‘The City’

Demam Laut ~ John Masefield

Aku mesti turun ke laut kembali, ke laut luas udara bebas
Kuminta hanya kapal besar tambah bintang penunjuk jalan
Gemertak roda kemudi, nyanyian angin dan gedebar layar putih
Dan embun roda di permukaan laut dan keabuan dinihari yang membuka
Aku mesti turun ke laut kembali, kerana panggilan musim berpacu
Ialah panggilan jalang dan panggilan pasti yang tak dapat dielakkan
Kuminta hanya hari berangin dengan awan putih berkejaran
Dan gedebur ombak, mekar busa dan camar menjerit-jerit
Aku mesti turun ke laut kembali, ke hidup kelana pengembara
Menurutkan jalan camar dan jalan yu, di mana angin tajam bagaikan pisau
Kuminta hanya gembira dari teman-teman yang tertawa
Dan tidur yang puas, mimpi yang enak, bila perjalanan jauh telah lampau
~ John Masefield
Dipetik dari Puisi Dunia II

Requiem ~ Robert Louis Stevenson

Di bawah langit luas berterabur bintang
kaugali kubur dan biar aku telentang
girang aku hidup dan mati aku girang
dan kurebahkan diri bersama satu amanat
Beginilah sajak bagiku kauterakan
di sini ia berbaring di tempat ia idamkan
telah pulang nelayan, pulang dari lautan
dan pemburu telah turun dari bukit
~ Robert Louis Stevenson
Dipetik dari Puisi Dunia II

Tak Pernah Kulihat Padang ~ Emily Dickinson

Tak pernah kulihat padang
tak pernah kulihat lautan
namun kukenal pucuk gelenggang
dan tahu makna gelombang
Tak pernah kusapa Tuhan
mahupun berkunjung ke syurga
namun tempatnya dapat kupastikan
sebagai tertera di peta
~ Emily Dickinson
Dipetik dari Puisi Dunia 11

nah itulah beberapa puisi yg dikirim dari sobat kita dari manca negara karya sang Penyair legendaris, semoga bisa menjadi inspirasi buat sobat semua untuk menjadi puitis ternama seperti mereka .

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Bonus Video Klip

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes