Kamis, 16 Mei 2013

Proses Pembentukan Kepribadian Sosial yang Islami di dasarkan dengan hadits Rosul


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Semua kajian para psikolog sekalipun terlihat cukup beragam dari berbeda-beda lingkup kajiannya, namun pada intinya focus studi mereka adalah untuk mencapai target yang sama, yaitu memahami kepribadian manusia. Agar kita bisa memahami kepribadian manusia secara benar, kita wajib mengetahui semua komponen yang memiliki kontribusi untuk membentuk sebuah kepribadian. Bahkan kita juga harus mengetahui berbagai factor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian secara baik.
Jauh sebelum para penemu teori psikologi kontemporer menemukan teori-teorinya tentang struktur kepribadian manusia, dalam Al-Qur’an sebenarnya sudah menyinggung tentang hal itu. Dan pada perinciannya dijelaskan pada hadist-hadist Rosulullah SAW. Baik itu struktur kepribadian,tipe kepribadian dan sampai factor-faktor yang mempengaruhi kepribadian.
Dalam pembahasan kali ini akan menyinggung tentang perihal ayat Al-Qur’an dan hadist-hadit yang menjelaskan tentang kepribadian manusia.

B.  Rumusan Masalah
4.    Ayat dan Hadist tentang kepribadian?
C.  Tujuan
untuk mengetahui tentang struktur kepribadian dalam islam, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian, mengetahui pembentukan kepribadian sosial yang islami dan untuk mengetahui ayat dan hadist mengenai kepribadian.


BAB II
PEMBAHASAN

A.  Struktur Kepribadian dalam Islam
Struktur adalah komposisi pengaturan bagian-bagin komponen, dan ssnan komplek keseluruhan.
James P. Chaplin mendefenisikan strktur dengan satu organisasi permanen, pola atau kumpulan unsur-unsur yang bersifat relatif stabil, menetap dan abadi. Struktur kepribadian memiliki arti integrasidari sifat-sifat dan sistem-sistem yang menyusun kepribadian.
Dalam islam, penentuan struktur kepribadian tidak dapat terlepas dari pembahasan subtansi manusia, sebab dengan penbahasan subtansi tersebut dapat diketahu hakikat dan dinamika prosesnya. Subtansi manusia terdiri atas jasad dan ruh. Masing-masing aspek yang berbeda naturnya ini pada prinsipnya saling membutuhkan. Jasad tanpa ruh merupakan subtansi yang mati, sedangkan ruh tanpa jasad tidak dapat teraktualisasikan. Karena saling membutuhkan, diperlukan sinergi antara keduanya, yang dalam terminologi psikologi islam disebut dengan nafs.
1.    Struktr Jasmani (jisim)
Jasmani adalah sbtansi manusia yang terdiri atas struktur organisme fisik. Organisme fisik manusia lebih sempurna dibanding dengan organisme fisik makhlk-makhluk lain.  Setiap makhluk biotik lahiriah memiliki unsur material yang sama, yakni terbuat dari unsur tanah, api, udara, dan air. Keempat unsur diatas merupakan materi yang abiotik (mati). Ia akan hidup jika diberi energi kehidupan yang bersifat fisik (thaqah al-jismiyah). Energi kehidupan ini lazimnya disebut dengan nyawa, karena nyawa manusia hidup.
Jisim manusia memiliki natur tersendiri. Al-Farabi menyatakan bahwa komponen ini dari alm ciptaan, yang memiliki bentuk, rupa, berkualitas, berkadar, bergerak dan diam, serta berjasad yang terdiri dari beberapa organ.
2.    Struktur Ruhani
Ruh merupakan subtansi psikis manusia yang menjadi esensi kehidupannya. Sebagian ahli menyebut ruh sebagai badan halus (jism lathif), ada yang sutansi sederhana, dan ada juga subtansi ruhani. Ruh yang menjadi pembeda antara esensi manusia dengan esensi makhluk lain. Pemahaman hakikat ruh sangat misteri, bahkan dalam QS: Al-isra’ ruh merupakan urusan Tuhan.
  
85. dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".

3.    Struktur Nafsani
Nafs dalam khazanah islam memiliki banyak pengertian. Nafs dapat berarti jiwa (soul), nyawa,  ruh, konotasi yang berdaya syahwat dan ghadhap, kepribadian, dan subtansi psikofisik manusia. Maksud nafs dalam sub ini adalah sebagaimana dalam pengertian terakhir. Pada subtansi nafs ini, komponen jasad dan ruh. Nafs memiliki natur gabungan antara natur jasad dan ruh. Nafs adalah potensi jasad ruhani (psikofisik) manusia yang secara inhern telah ada sejak manusia siap menerimanya.
Potensi ini terikat dengan hukum yang bersifat jasadi-ruhani. Semua potensi yang terdapat pada nafs berifat potensial, tetapi dapat aktual jika manusia mengupayakan. Setiap komponen yang ada memiliki daya-daya laten yang dapat menggerakkan tingkah laku manusia. Aktual nafs membentuk kepribadian, yang perkembangannya dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
Dalam konteks ini, nafs memiliki arti psikofisik manusia, yang mana komponen jasad dan ruh telah bersinergi.

Qalbu
Kata qalbu terambil dari kata bermakna “membalik” karena ia sering kali ia berbolak balik, terkadang senang, terkadang susah, kadang kala setuju kadang kala menolak. Qalbu sangat berpotensi untuk tidak konsisten. Al-qur’an pun menggambarkan demikian, ada yang baik dan ada pula sebaliknya. Al-Qur’an menjelaskan bahwa, kata qalbu dapat diartikan sebagai wadah, dilukiskan pula dengan fuad.
Al-Ghazali secara tegas melihat qalbu dari du aspek:
1.      Qalbu jasmani adalah daging sanubari yang terbentuk seperti jantung pisangyang terletak dalam dada sebelah kiri.
2.      Qalbu ruhani adalah sesuatu yang bersifat halus, rabbani, dan ruhani yang berhubungan dengan qalbu jasmani. Bagian kedua ini merupakan esensial manusia.

Pemaknaan dua aspek tersebut wajar, sebab qalbu merupakan bagian dari nafsani. Setiap nafsani memiliki komponen fisik dan psikis. Komponen fisik tercermin dalam qalbu jasmani, sedang komponen psikis tercermin dalam qalbu ruhani.

Akal
Secara etimologi, akal memiliki arti al-imsak (menahan), al-ribat (ikatan), al-hajr (menahan), al-nahy (melarang) dan man’u (mencegah). Berdasarkan makna bahasa ini maka yang disebut orang yang berakal (al-‘aqil) adalah orang yang mampu menahan dan mengikat hawa nafsunya. Jika hawa nafsunya terikat jiwa rasionalitasnya mampu bereksistensi.
Akal merupakan bagian dari daya nafsani manusia yang memiliki 2 makna:
1.      Akal jasmani, yaitu salah satu organ tubuh yang terletak dikepala. Akal ini lazimnya disebut otak yang bertempat dikepala.
2.      Akal ruhani yaitu cahaya ruhani dan daya nafsani yang dipersiapkan untuk memperoleh pengetahuan dankognisi.
Dalam al-qur’an, komponen nafsani yang mamp berakal adalah qalbu. Firman Allah Swt:

46. Maka Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.

Berdasarkan ayat ini, para musafir, sebagaimana yang diulas oleh Al-Ghazali dan Al-Zukhalli berbeda pendapat. Sebagian ada yang berpendapat bahwa qalbu yang berakal, dan sebagian yang lain menyebut “otak” yang berakal.

Hawa Nafsu
Nafsu sebagai daya nafsani memiliki banyak pengertian: pertama, nafsu merupakan nyawa manusia, yang wujudnya berupa angin yang keluar masuk di dalam tubuh manusia melalui mulut dan kerongkongan. Kedua, nafsu merupakan sinergi jasmani-ruhani manusia dan merupakan totalitas strukturkepribadian manusia, ketiga, hawa nafsu yaitu, yaitu bagian dari daya nafsani yang berarti hawa nafsu yang memiliki dua kekuatan, yaitu kekuatan al-ghadap dan al-syahwat.
Dalam perspektif psikologi memiliki daya konotasi, konotasi adalah bereaksi, berbuat, berusaha, berkemauan dan berkehendak. Aspek konotasi kepribadian ditandai dengan tingkah laku yang bertujuan dan imfuls untuk berbuat. Hawa menunjukkan struktur bawah sadar atau prasadar dari kepribadian manusia. Apabila manusia mengubah dominasi hawa nafsunya maka kepribadiannya tidak akan mampu beriksistensi secara baik. Manusia model ini memiliki kedudukan sama dengan binatang bahkan lebih hina.

B.  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kepribadian
Dengan mengkaji proses penciptaan manusia dan perkembangan manusia serta sifat-sifat manusia, maka faktor-faktor yang mempengarhi perkembangan kepribadian individu meliputi:
a.    Potensi yang telah Allah berikan terutama berupa fisik dan ruh serta sifat-sifat dasar manusia (yang bisa berupa kecenderungan berbuat negatif). Allah SWT memberikan kebebasan kepada setiap manusia untuk memilih jalur hidupnya.
b.    Sikap, Perilaku, dan Perlakuan Orang tua, merupakan lingkungan utama yang akan memberikan pengaruh bagi anak dalam menjalankan aktivitas hidup, apakah anak akan berkembang sekedar mengikuti dorongan hawa nafsunya, atau anak akan berkembang menjadi pribadi yang mampu menyeimbangkan antara pemenuhan kebutuhan fisiknya dengan pemenuhan kebutuhan spritualnya. Dalam hal ini Husain Mazhari (2003: 1) mengungkapkan bahwa orang tua berpengaruh terhadap nasip dan masa depan anak serta bagi kebahagiaan ataupun kesengsaraan anak. Rasulullah Saw bersabda:
“Orang yang bahagia adalah orang yang telah berbahagia di perut ibunya, dan orang yang sengsara adalah orang yang telah sengsara diperut ibunya.”
Dengan demikian hadist ini menunjukkan bahwa nasib seorang anak, bahagia atau sengsara sebenarnya terletak pada awal pertumbhannya di dalam perut ibunya. Hadist ini juga menyingkapperanan orang tua dalam menyediakan lahan yang menentukan masa depan anak, diberbagai tahap perkembangannya.
Husain Muzhahiri menjelaskan faktor-faktor yang membentuk kepribadian anak:
1.    Cinta kasih dalam pembinaan kepribadian.
Hasil penelitian lapangan tentang anak-anak yang dibesarkan dibawah perhatian penuh orang tuanya sejak bayi hingga tiga tahun dengan anak-anak yang dibesarkan di lembaga-lembaga anak, ternyata ditemukan bahwa anak-anak yang tidak mendapat kasi sayang orng tua memiliki empat sifat: a. Secara umum ketika dewasa mereka tidak memiliki semangat, b. Tidak mampu mengadakan hubungan sosial, c. Dingin, tidak punya motivasi dan sulit menyelesaikan pekerjaan, d. Menilai orang lain selalu negatif dan sulit percaya pada orang lain.

2.    Tidak menghina dan tidak mengurangi hak anak.
Rasulullah bersabda: “hormatilah anak-anak kamu dan perbaikilah adab mereka, niscaya Allah mengampuni kamu.”islam menilai mencium anak adalah suat rahmat, bahkan Rasulullah berpendapat bahwa orang yang tidak pernah mencium anaknya adalah tanda bahwa rahmat Allah telah dicabut darinya.

3.    Perhatian pada perkembangan kepribadian anak.
Tujuh tahun pertama orang tua membantu perkembangan anak dengan penuh kasih sayang dan cinta. Tujuh tahun kedua hendaknya orang tua banyak memberikan motivasi agar anak terampil melakukan berbagai pekerjaan orang tua yang bisa di bantunya. Orang tua perlu sering memberikan hadiah dan pujian jika anak melakukan perbuatan baik seperti membantu pekerjaan rumah. Tujuh tahun ketiga, hendaknya berlangsung hubungan berdasarkan prinsif penghormatan dan musyawarah. Pada usia seperti ini, orang tua berhak memanfaatkan kemampuan anaknya untuk melakukan beberapa pekerjaan, akan tetapi dengan bermusyawarah.
4.    Menghindari perkataan kotor
Allah Swt berfirman dalam QS Ali Imran: 159

159. Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

[246] Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya.

Dari ayat ini dapat diambil pelajaran oleh para orang tua dalam mendidik anaknya. Tidak memaksa kehendak, tetapi selalu mengutamakan musyawarah, dengan menggunakan kata-kata yang baik dan lembut.

c.    Faktor Keturunan (faktor hereditas)
Bagaimana pun faktor keturunan dalan membentuk kepribadian anak tidak dapat dipungkiri. Dalam QS Al-A’raf: 57
“Dan tanah yang baik, tanam-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah. Dan tanah yang tidak subur (tidak baik), tanam-tanamannya hanya tumbuh merana.”

Pentingnya faktor keturunan dinyatakan Raslullah dalam sebuah hadist: “lihatlah kepada siapa anda letakkan nutfah (sperma) anda, karena sesungguhnya asal (al-‘irq) menurn kepada anaknya.”

C.  Pembentukan Kepribadian Sosial yang Islami
Islam menggambarkan cara membentuk masyarakat islami yang utama dan ideal. Dan untuk itu, islam menyiapkan semangat yang kondusif untuk pertumbuhan yang sehat dan pendidikan yang baik, sebagaimana islam juga menyiapkan kesempatan-kesempatan yang memungkinkannya untuk sanggup memperlihatkan kemampuan-kemampuannya yang tersimpan.
1.    Menyerahkan diri kepada Allah
Pembentukan pribadi yang islami, harus atas dasar kesadaran menyerahkan diri kepada Allah. Hal itu menyangkut akidah dengan cara beriman pada keesaan Allah, dan menyangkut akhlak, yang berarti seseorang harus berakhlak seperti diperintahkan Allah. Allah ta’ala menafsirkan makna menyerahkan diri kepada Allah, saat Dia memberikan contoh ideal yang tercermin sosok Rasulullah Saw.
Firman Allah dalam QS Al-An’am:162-163

katakanlah, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalahuntuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya. Demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri kepada Allah.
2.    Kebebasan dan Kemuliaan Manusia
Pembentukan pribadi yang islami, harus berdasarkan pada asaskebebasan serta kemuliaan manusia. Selain itu, pribadi seorang muslim harus melepaskan diri pengabdian kepada selain Allah. Dengan demikian ia benar-benar bisa terbebas dari segala bentuk ketakutan, kegelisahan dan perasaan apa saja yang memperlemah serta melecehkan kemuliaan insani. Takut mati misalnya, adalah termasuk sesuatu yang berlaku secara riil dalam kehidupan umat manusia. Namun terkadang ada seseorang yang justru memilih menjadi hina didepan orang lain yang lalim, atau lari dari kancah peperangan atau berkompromi dengan musuh agama.
3.    Membebaskan Pribadi Muslim dari Faktor-Faktor Ketakutan
Karena itulah, kita lihat islam berusaha mengatasi rasa takutini dari pendekatan aspek akidah tauhid. Ia tanamkan akidah atau keyakinan ke hati seorang muslim, bahwa yang menguasai segenap kekuasaan hanyalah Allah semata. Dialah yang membuat kematian dan kehidupan. Dan Dialah yang menentukan ajal manusia. Apabila ajal mereka telah datang, maka tidak bisa diundur ataupun dimajukan barang sesaatpun. Keinginan untuk bisa terus hidup atu bersikap pengecut, bukanlah yang menunda tibanya ajal. Sama seperti sikap pemberani, bukanlah yang menunda tibanya ajal. Sama seperti sikap pemberani, bukanlah yang menyebabkan ajal segera tiba. Allah telah menjelaskan hal itu dalam kitabnya yang mulia.

185. tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.

Kesehatan Jiwa
Kesehatan jiwa dikenal sebagai kemampuan seseorang untuk beradaptasi dengan dirinya sendiri dan dengan masyarakat dimana ia hidup. Adaptasi inilah yang mendatangkan kenikmatan hidup dan menghilangkan kekacauan-kekacauan yang penuh semangat. Sesuai dengan pengertian ini seseorang akan ridha terhadap dirinya sendiri, dan tidak memperlihatkan hal-hal yang menunjukkan adanyaketidak cocokan sosial. Ia tidak akan melakukan perilaku-perilaku sosial yang kontroversial. Sebaliknya ia justru melakukan perilaku-perilaku rasional yang menunjukkan adanya keseimbangan emosional, sentimen, dan rasional dalam berbagai bidang dan selalu bersikap tenang disemua situasi dan kondisi.
Manhaj islam dalam pembentukan pribadi muslim, menjadikan sebagai pribadi yang matang dan sanggup menikmati semua gejala dan sendi-sendi kesehatan jiwa sebagai berikut:
1.    Iman dan kemantapan hati
Iman dan kemantapan hati yang dirasakan seorang muslim akan menciptakan adanya keseimbangan emosional, sentimen dan akal. Firman Allah dalam QS ibrahim: 27
2.    Memelihara hubungan bersama Allah
3.    Fleksibel dalam menghadapi berbagai masalah
4.    Bersabar dalam cobaan dan bersyukur dalam kebahagiaan
5.    Hati yang senantiasa berjaga
6.    Menjaga hubungan baik dengan sesama muslim
7.    Selalu optimis

D.  AYAT AL-QUR’AN DAN HADIST NABI TENTANG KEPRIBADIAN
QS. Shaad (38): 71-72 ;
  
71. (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: "Sesungguhnya aku akan menciptakan manusia dari tanah".
72. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadaNya".

QS Al-Qashas: 77 
77. dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

QS. Ar-Ruum (30):22
22. dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.


Hadist Nabi Saw:
“sesungguhnya salah seorang dari kalian telah dikumpulkan proses penciptaannya didalam perut ibunya selama 40 hari. Kemudian selama 40 hari dia akan menjadi ‘alaqoh (segumpal darah) dan menjadi Mudghoh (sekerat daging) pada 40 hari lagi. Setelah itu dikirim malaikat meniupkan ruh kedalamnya”

“tidak ada seorang jabang bayipun kecuali dia terlahir berdasarkan fitroh. Lantas kedua orang tuanyalah yang akan membuatnya menjadi orang yahudi, nasrani, maupun majusi”

“Wahai Rosulullah, beritahukan (mana saja yang termasuk kebaikan dan dosa) kepadaku!” Rosulullah bersabda, “kamu dating untuk bertanya kepadaku tentang kebaikan dan keburukan?” Aku menjawab, “iya” lantas Rosulullah mengumpulkan ketiga jarinya. Beliau memasukkannya kedadaku sembari berkata, “Wahai Wabishah, mintalah fatwa kepada dirimu sendiri! Kebaikan adalah sesuatu yang dirasakan tenang oleh hati dan jiwa. Sedangkan dosa adalah sesuatu yang mengusik hati dan menciptakan kebimbangan dalam dada”

sesungguhnya aku menciptakan hamba-Ku dalam keadaan memeluk agama yang hanif. Lalu setan mendatangi mereka dan memalingkan mereka dari agama mereka”. (HR. Muslim)

“tidak ada keutamaan bagi seseorang atas orang lain kecuali dengan pertimbangan agama atau ketakwaan”. Didalam riwayat lain, “tidak ada keutamaan lain bagi seseorang atas orang lain kecuali berdasarkan agama atau amal sholeh”.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
penentuan struktur kepribadian tidak dapat terlepas dari pembahasan subtansi manusia, sebab dengan penbahasan subtansi tersebut dapat diketahu hakikat dan dinamika prosesnya. Subtansi manusia terdiri atas jasad dan ruh. Masing-masing aspek yang berbeda naturnya ini pada prinsipnya saling membutuhkan. Jasad tanpa ruh merupakan subtansi yang mati, sedangkan ruh tanpa jasad tidak dapat teraktualisasikan. Karena saling membutuhkan, diperlukan sinergi antara keduanya, yang dalam terminologi psikologi islam disebut dengan nafs.
faktor-faktor yang mempengarhi perkembangan kepribadian individu meliputi:
1.    Potensi
2.    Sikap, Perilaku, dan Perlakuan Orang tua
3.    Faktor Keturunan
Islam menggambarkan cara membentuk masyarakat islami yang utama dan ideal. Dan untuk itu, islam menyiapkan semangat yang kondusif untuk pertumbuhan yang sehat dan pendidikan yang baik, sebagaimana islam juga menyiapkan kesempatan-kesempatan yang memungkinkannya untuk sanggup memperlihatkan kemampuan-kemampuannya yang tersimpan.
1.    Menyerahkan diri kepada Allah
2.    Kebebasan dan Kemuliaan Manusia
3.    Membebaskan Pribadi Muslim dari Faktor-Faktor Ketakutan

DAFTAR PUSTAKA

Erhamwilda. Konseling Islami. Yokyakarta: Graha Ilmu. 2009.
M. Jamaluddin Mahfuzh. Psikologi Anak dan Remaja Muslim. Jakarta: Pustaka Al-khautsar. 2001.
Mujib, Abdul. Kepribadian Dalam Psikologi Islam.Jakarta: Raja Grafindo. 2006.
Mukhlis. Psikologi Islam. Pekanbaru: Almujtahadah Press. 2001.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Bonus Video Klip

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes