BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Mempelajari
dan meneliti kehidupan pada masa lalu memang hal yang menarik, manusia hidup
didunia selalu melakukan perubahan-perubahan baik itu dibidang sosila budaya
atau bahkan kepercayaan. Untuk mengetahui bagaimana kehidupan dimasa lalu
sebagai contoh adalah masa prasejarah para peneliti atau ilmuan menggunakan
fosil dan artefak untuk menggali informasi tentang kehidupan dimasa lalu.
Kehidupan di masa prasejarah adalah kehidupan yang sangat sederhana, manusia
purba selalu hidup berpindah pindah dan untuk mencukupi kebutuhan hidup, mereka
selalu berburu dan meramu
B. RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa
pengertian zaman pra aksara ?
2.
Apa
saja hasil kebudayaan pada zaman praaksara ?
C. TUJUAN
1.
Untuk
mengetahui pengertian zaman praaksara.
2.
Untuk
mengetahui hasil-hasil kebudayaan pada zaman praaksara.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Zaman Pra Aksara
Masa praaksara atau nirleka (nir; tidak ada, leka;
tulisan) adalah sebutan terhadap suatu masa ketika manusia belum mengenal
aksara atau tulisan. Di sebut juga masa prasejarah. Meki belum mengenal
tulisan, masyarakatnya telah memiliki kemampuan berbahasa dan berkomunikasi
lisan serta mampu merekam pengalaman masa lalunya sedemikian rupa sehingga kita
sekarang dapat memperoleh gambaran tentang kehidupan masyarakat di masa lalu.
Kurun waktu masa praaksara di awali sejak manusia ada pada
kala Pleistosen yaitu sekitar 3.000.000 sampai 10.000 tahun yang lalu, dan
berakhir ketika manusia mengenal tulisan (masa sejarah). Dengan demikian, batas
antara masa praaksara/prasejarah dan masa sejarah adalah mulai di kenalnya
tulisan.
Berakhir masa prasejarah atau di mulainya masa sejarah untuk
setiap bangsa tidak sama, tergantung tingkat peradabannya. Bangsa Mesir,
isalnya sudah mengenal tulisan sekitar tahun 4.000 SM itu berarti bangsa mesir
pada waktu itu sudah memasuki masa sejarah. Bangsa Cina mengenal tulisan sejak
tahun 2.000 SM, dan masa sejarah Cina di mulai sejak saat itu.
Masa praaksara indonesia di perkirakan mulai dari kala
Pleistosen sampai sekitar abad ke-5 M. sebagian ahli berpendapat periodenya
tidak sepanjang itu, tetapi mulai dari 1,7 juta tahun yang lalu sampai abad
ke-5. Mulai abad ke-5 indonesia memasuki masa sejarahhal ini di tunjukan dengan
penemuan prasasti berbentuk Yupa di tepi sungai Mahakam, Kuati, Kalimantan
Timur. Prasasti tersebut tidak berangka tahun, namun bahasa dan bentuk huruf
yang di pakai memberi petunjuk bahwa prasasti itu di buat sekitar tahun 400-an.
Meski demikian, tidak semua wilayah nusantara sudah mengenal tulisan pada
sekitar abad tersebut. Berakhirnya masa prasejarah dan di mulainya masa sejarah
untuk tiap wilayah di indonesia berbeda-beda.
B.
Hasil Kebudayaan Masyarakat
Praaksara
1)
Masa
berburu dan meramu (mengumpulkan makanan) tingkat sederhana
a.
Kehidupan
manusia terpusat pada upaya mempertahankan diri di tengah-tengah alam yang
penuh tantangan, dengan kemampuannya yang masih sangat terbatas.
b.
Kegiatan
pokoknya adalah berburu dan mengumpulkan makanan, dengan peralatan dari batu,
kayu, dan tulang. Kehidupan manusia masih sangat tergantung pada alam
lingkungan sekitarnya, karena cara mendapatkan makanan secara langsung dari
alam, tanpa melalui proses, baik dalam mengumpulkan sampai pada cara makan.
c.
Ada
beberapa 4 jenis manusia purba di Indonesia pada masa berburu dan meramu pada
tingkat sederhana yaitu Meganthropus Palaeojavanicus, Pithecanthropus Erectus,
Homo Sapiens, dan Wajak (Homo Wajakensis).
d.
Teknologi
hanya mengutamakan segi praktis sesuai tujuan penggunaannya saja, namun lama
kelamaan ada penyempurnaan bentuk. Di Indonesia dikenal dua macam teknik pokok,
yaitu teknik pembuatan perkakas batu yang disebut tradisi kapak perimbas dan
tradisi serpih, serta pada perkembangan berikutnya ditemukan alat-alat dari
tulang dan tanduk.
e.
Kehidupan sosial
·
menggantungkan
kehidupannya pada kondisi alam di daerah sekitar tempat tinggalnya yang dapat
memberikan persediaan makanan dan air serta menjamin kelangsungan hidupnya.
·
hidup
berkelompok dengan pembagian tugas yang laki-laki ikut kelompok berburu dan
yang perempuan mengumpulkan makanan dari tumbuhan dan hewan-hewan kecil.
·
hidup
bekerjasama dalam menanggulangi serangan binatang buas maupun adanya bencana
alam yang sewaktu-waktu dapat mengusik kehidupan mereka.
·
alat-alat
yang dibuat dari batu, kayu, tulang, dan tanduk terus-menerus mengalami
penyempurnaan bentuk sesuai perkembangan alam pikiran mereka.
2)
Masa berburu dan meramu (mengumpulkan makanan)
tingkat lanjut
Pada masa praaksara tingkat lanjut (menjelang berakhirnya
masa praaksara), hasil-hasil budaya nenek moyang kita semakin kaya berupa
munculnya banyak hasil budaya yang bersifat nonfisik (nonmaterial). Memang
padamasa bercocok tanam telah satu bentuk hasil budaya nonfisik berupa
kepercayaan, namun hasil-hasil budaya yang bersifat fisik tetap dominan.
Menjelang berakhirnya masa praaksara itu, kepercayaan akan
roh-roh nenek moyang dan kekuatan yang melampaui kehidupan manusia semakin
matang dan menjadi ritus, upacara menghormati roh-roh yang telah mati dan
bahkan menyembah kekuatan supranatural menjadi praktik yang rutin. Mereka juga
sadar akan keberadaan mereka di dunia yang bersifat sementara, serta tujuan
hidup mereka.
Kesadaran sebagai sebuah komunitas juga membuat mereka
melembagakan aturan-aturan yang sudah ada, dan bahkan muncul nilai-nilai baru
yang harus di hayati semua anggota. Singkat kata mereka sadar hidup ini harus
bermakna dan dimaknai, tidak sekedar mencari makan dan menunggu mati. Karena
itu perlahan-lahan terbentuk semacam pandangan hidup atau falsafah hidup
ditengah-tengah mereka, yang terejawantah dalam nilai-nilai, etos, norma,
sikap-prilaku, dan ritual-ritual keagamaan. Ini emua merupakan bentuk
hasil-hasil budaya yang bersifat nonfisik.
Mereka ingin nilai dan pandangan hidup itu tidak hanya
menjadi milik mereka, tetapi juga milik generasi-generasi berikut. Maka, hasil-hasil
bedaya yang bersifat nonfisik ini mereka wariskan kepada generasi baru. Mereka
belum mengenal tulisan, dan karena itu proses pewarisan dilakukan secara
lisan. Hal ini di dukung semakin berkembangnya kemampuan berkomunikasi
menggunakan bahasa. Melalui bahasa, mereka mewariskan nilai-nilai dan pandangan
hidup mereka ke generasi-generasi berikutnya. Tokoh-tokoh penting dalam proses
sosialisasi atau pewarisan itu adalah keluarga, masyarakat dan para tetua.
Ada dua cara menyampaikan nilai-nilai dan pandangan hidup
komunitas tersebut, yaitu secara langsung melalui nasehat-nasehat dan
petuah-petuah, dan secara tidak langsung melalui contoh hidup dan folklor
(mitos, legenda, dongeng, upacara, nyanyian rakyat, dan lain-lain). Nasehat dan
petuah yang disampaikan orang tua biasanya juga merupakan nasehat dan petuah
leluhur mereka.
Folkllor itu bukan sebuah cerita dan/atau aktivitas tanpa
makna, di dalamnya terkandung pandangan hidup, etos, sistem kepercayaan,
kebiasaan, atau adat-istiadat masyarakat praaksara. Dalam kajian sejarah
folklor itu juga di sebut tradisi lisan. Dalam bagian ini, kita akan
membahas tentang tradisi lisan dalam bentuk folklor itu. Namun, sebelumnya kita
perlu tahu apa itu tradisi lisan.
a.
di
Indonesia sudah ada usaha-usaha bertempat tinggal secara tidak tetap di gua-gua
alam, utamanya di gua-gua payung, yang setiap saat mudah untuk ditinggalkan
jika dianggap sudah tidak memungkinkan lagi tinggal di tempat itu.
b.
Keadaan lingkungan
·
Api
sudah dikenal sejak sebelumnya, karena sangat bermanfaat untuk berbagai
keperluan hidup untuk memasak makanan, penghangat tubuh, dan menghalau binatang
buas pada malam hari.
·
Terputusnya
hubungan kepulauan Indonesia dengan Asia Tenggara pada akhir masa glasial ke-4
maka terputus pula jalan hewan yang semula bergerak leluasa menjadi lebih
sempit dan terbatas, sehingga terpaksa menyesuaikan diri dengan lingkungan
baru.
·
Tumbuh-tumbuhan
yang mula-mula ditanam adalah kacang-kacangan, mentimun, umbi-umbian dan biji-bijian,
seperti juwawut, padi, dan sebagainya.
c.
Keberadaan manusia
·
Ada
dua ras yang mendiami Indonesia pada permulaan Kala Holosin, yaitu Austromelanesoid
dan Mongoloid. Mereka berburu kerbau, rusa, gajah, dan badak, untuk
dimakan.
·
Di
bagian barat dan utara ada sekelompok populasi dengan ciri-ciri terutama
Austromelanesoid dengan hanya sedikit campuran Mongoloid. Di Jawa hidup juga
kelompok Austromelanesoid yang lebih sedikit dipengaruhi unsur-unsur
Mongoloid. Di Nusa Tenggara, terdapat Austromelanesoid.
d.
Teknologi
·
Ada
tiga tradisi pokok pembuatan alat-alat pada masa Pos Plestosin, yaitu tradisi
serpih bilah, tradisi alat tulang, dan tradisi kapak genggam Sumatera.
·
Persebaran
alatnya meliputi Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, Maluku,
dan Papua.
·
Alat
tulang ditemukan di Tonkin Asia Tenggara, sedangkan di Jawa ditemukan di Gua
Lawa Semanding Tuban, di Gua Petpuruh utara Prajekan, dan Sodong Marjan di
Besuki. Kapak genggam Sumatera ditemukan di daerah pesisir Sumatera Utara,
yaitu di Lhok Seumawe, Binjai, dan Tamiang.
e.
Kehidupan Masyarakat
· Mendiami gua-gua terbuka atau
gua-gua payung dekat dengan sumber air atau sungai sebagai sumber makanan,
berupa ikan, kerang, siput, dan sebagainya.
· Mereka membuat lukisan-lukisan di
dinding gua, yang menggambarkan kegiatannya,dan kepercayaan masyarakat pada
saat itu.
3)
Masa bercocok tanam dan beternak
a.
Perubahan
dari masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut ke masa bercocok
tanam membutuhkan waktu sangat panjang, karena tingkat kesulitan yang tinggi.
b.
Pada
masa ini sudah mulai ada usaha bertempat tinggal menetap di suatu perkampungan
yang terdiri atas tempat tinggal-tempat tinggal sederhana yang didiami secara
berkelompok.
c.
Mulai
ada kerjasama dan peningkatan unsur kepercayaan yang diharapkan adanya
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan ketenteraman hidupnya.
d.
Manusia
·
manusia
yang hidup pada masa bercocok tanam di indonesia barat mendapat pengaruh besar
dari ras Mongoloid, sedangkan di Indonesia Timur sampai sekarang lebih
dipengaruhi ras Austromelanesoid.
·
kelompok
manusia sudah lebih besar, karena hasil pertanian dan peternakan sudah dapat
memberi makan sejumlah orang yang lebih besar pula. Jumlah anak yang banyak
sangat menguntungkan, karena dapat menghasilkan makanan yang lebih banyak.
e.
Teknologi
·
masa
bercocok tanam di Indonesia dimulai kira-kira bersamaan dengan berkembangnya
kemahiran mengasah alat dari batu dan mulai dikenalnya teknologi pembuatan
gerabah.
·
alat
yang terbuat dari batu dan biasa diasah adalah beliung, kapak batu, mata anak
panah, mata tombak, dan sebagainya. Di antara alat batu yang paling terkenal
adalah beliung persegi.
f.
Kehidupan
masyarakat
·
Masyarakat
mulai meninggalkan cara-cara berburu dan mengumpulkan makanan, karena mereka
sudah menunjukkan tanda-tanda akan menetap di suatu tempat, dengan kehidupan
baru yaitu mulai bercocok tanam secara sederhana dan memelihara hewan.
·
Proses
perubahan tata kehidupan ditandai dengan perubahan cara memenuhi kebutuhan
hidup masyarakat, terjadi secara perlahan-lahan, namun pasti.
·
Tempat
tinggal dari yang masih sangat sederhana berbentuk bulat dengan atap dan
dinding dari rumbai, perlahan-lahan berubah sedikit demi sedikit kepada bentuk
lebih maju dengan daya tampung lebih banyak untuk menampung keluarga mereka.
·
Gotong-royong
merupakan suatu kewajiban yang diperlukan untuk pekerjaan-pekerjaan yang
memerlukan tenaga orang banyak, seperti mendirikan rumah dan membersihkan
saluran air untuk bercocok tanam.
·
Masyarakat
merasa bahwa tanah merupakan kunci dari kehidupan, maka mereka meningkatkan manfaat
kegunaan tanah, termasuk penguasaan terhadap binatang-binatang peliharaan.
·
Mereka
sudah tidak lagi tergantung pada alam dan sudah mengadakan perubahan-perubahan
dengan menganggap sebagai pemilik atas unsur-unsur yang mengelilinginya.
g.
Pemujaan
roh nenek moyang
·
Pemujaan
roh leluhur maupun kepercayaan terhadap adanya kekuatan gaib menjadi adat
kebiasaan masyarakat saat itu yang disebut animisme dan dinamisme.
·
Sudah
mulai ada kepercayaan tentang hidup sesudah mati, bahwa roh seseorang tidak
lenyap pada saat orang meninggal. Upacara pemakaman dilakukan sedemikian rupa
agar roh yang meninggal tidak salah jalan menuju nenek moyang mereka.
·
Tradisi
mendirikan bangunan megalitik (batu besar) muncul berdasarkan kepercayaan
adanya hubungan antara yang hidup dengan yang mati, terutama karena adanya
pengaruh yang kuat dari yang telah mati terhadap kesejahteraan masyarakat dan
kesuburan tanaman.
4)
Masa perundagian
a.
pada
masa bercocok tanam, manusia sudah berusaha bertempat tinggal menetap dengan
mengatur kehidupan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka yaitu menghasilkan bahan
makanan sendiri di bidang pertanian maupun peternakan.
b.
pada
masa perundagian semuanya mengalami kemajuan dan penyempurnaan dengan mulai
ditemukan bijih-bijih logam sehingga berbagai peralatan mulai dibuat dari
logam.
c.
pada
perkembangan berikutnya, terdapat golongan yang terampil dalam melakukan jenis
usaha tertentu, misalnya terampil dalam membuat rumah kayu, pembuatan gerabah,
pembuatan benda-benda dari logam, perhiasan, dan lain sebagainya.
d.
Penduduk
·
Manusia
yang bertempat tinggal di Indonesia pada masa ini diketahui dari berbagai
penemuan sisa-sisa rangka dari berbagai tempat, di Anyer Utara Jawa Barat,
Puger Jawa Timur, Gilimanuk Bali, dan Melolo Sumba Timur.
·
Pada
masa perundagian terdapat perkampungan sudah lebih besar, karena adanya
hamparan pertanian, dan mulai mengadakan aktivitas perdagangan.
e.
Teknologi
·
Pada
masa perundagian teknologi berkembang sangat pesat akibat adanya
penggolongan-penggolongan dalam masyarakat. Dengan beban pekerjaan tertentu,
banyak jenis pekerjaan mempunyai disiplin tersendiri sehingga semakin beraneka
ragam perkembangan teknologi yang terjadi pada masa itu termasuk perkembangan perdagangan
dan pelayaran.
·
Teknologi
yang berkembang seiring dengan perkembangan kebutuhan, menyangkut dan
melibatkan berbagai bidang yang lain. Saat itu juga sedang berkembang teknologi
peleburan, pencampuran, penempaan, dan pencetakan berbagai jenis logam yang
dibutuhkan oleh manusia.
·
Di
Indonesia, berdasarkan temuan-temuan arkeologis, penggunaan logam sudah dimulai
beberapa abad sebelum masehi, yaitu penggunaan perunggu dan besi.
·
Secara
berangsur-angsur dan bertahap, penggunaan kapak batu diganti dengan logam,
Namun logam tidak mudah menggeser peranan gerabah yang masih tetap bertahan
karena memang tidak semuanya dapat digantikan dengan logam.
f.
Kehidupan
sosial budaya
·
seni
ukir dan seni hias diterapkan pada benda-benda megalitik mengalami kemajuan
pesat.
·
pada
masa perundagian, kepercayaan kepada arwah nenek moyang sangat menonjol karena
dipercaya sangat besar pengaruhnya terhadap perjalanan hidup manusia dan
masyarakatnya, sehingga arwah nenek moyang harus diperhatikan dan dipuaskan
melalui upacara-upacara.
·
kehidupan
masyarakat masa perundagian adalah hidup penuh rasa setia kawan dan perasaan
solidaritas tertanam dalam hati setiap orang sebagai warisan nenek moyang.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Masa praaksara atau nirleka (nir; tidak ada, leka;
tulisan) adalah sebutan terhadap suatu masa ketika manusia belum mengenal
aksara atau tulisan. Di sebut juga masa prasejarah. Meki belum mengenal
tulisan, masyarakatnya telah memiliki kemampuan berbahasa dan berkomunikasi
lisan serta mampu merekam pengalaman masa lalunya sedemikian rupa sehingga kita
sekarang dapat memperoleh gambaran tentang kehidupan masyarakat di masa lalu.
Masa Praaksara terbagi menjadi beberapa zaman, yaitu :
1) Masa
berburu dan meramu (mengumpulkan makanan) tingkat sederhana.
2) Masa berburu dan meramu (mengumpulkan makanan) tingkat lanjut
3) Masa bercocok tanam dan beternak
4) Masa perundagian
B.
Saran
Makalah
ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun untuk perbaikan makalah ini di
masa yang akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
https://www.google.co.id/?gws_rd=ssl#q=zaman+praaksara
KATA
PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat
Allah SWT, karena dengan Rahmat dan Karunia-Nya saya masih diberi kesempatan
untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa saya ucapkan kepada guru pembimbing
dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis angat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga Dengan selesainya
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin...
Ciamis, September
2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................................. 1
BAB
II PEMBAHASAN
A. Zaman Pra Aksara.............................................................................. 2
B. Hasil Kebudayaan Masyarakat
Praaksara.......................................... 3
1. Masa berburu dan meramu
(mengumpulkan makanan)
tingkat sederhana........................................................................... 3
2. Masa berburu dan meramu
(mengumpulkan makanan)
tingkat lanjut.................................................................................. 4
3. Masa bercocok tanam dan beternak.............................................. 6
4. Masa perundagian.......................................................................... 8
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan........................................................................................... 10
B.
Saran..................................................................................................... 10
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................... 10
0 komentar:
Posting Komentar