Taman Nasional Ujung Kulon
Taman Nasional Ujung Kulon merupakan
aset nasional dan telah ditetapkan sebagai Situs Warisan Alam Dunia oleh UNESCO
pada tahun 1992. Taman Nasional Ujung Kulon terletak di Kabupaten Pandeglang,
Provinsi Banten dengan ketinggian tempat 0 – 608 meter dpl dan letak geografis
berada pada 6°30’ – 6°52’ LS, 102°02’ – 105°37’ BT dengan area seluas 122.956
ha, yang terdiri dari daratan 78.619 ha dan laut 44.337 Ha (merujuk pada
penunjukkan Menteri Kehutanan, SK No. 284/Kpts-II/92). Terdapat tiga tipe
ekosistem di taman nasional ini, yaitu ekosistem perairan laut, ekosistem rawa,
dan ekosistem daratan. Kurang lebih 700 jenis tumbuhan terlindungi dengan baik
dan 57 jenis diantaranya langka. Satwa di Taman Nasional Ujung Kulon terdiri
dari 35 jenis mamalia, 5 jenis primata, 59 jenis reptilia, 22 jenis amfibia,
240 jenis burung, 72 jenis insekta, 142 jenis ikan dan 33 jenis terumbu karang.
Satwa langka dan dilindungi selain badak Jawa adalah banteng (Bos javanicus
javanicus), ajag (Cuon alpinus javanicus),surili (Presbytis
comata comata), lutung (Trachypithecus auratus auratus), rusa (Cervus
timorensis russa), macan tutul (Panthera pardus), kucing batu (Prionailurus
bengalensis javanensis), owa (Hylobates moloch), dan kima raksasa (Tridacna
gigas).
Aktivitas pembangunan di kawasan
hutan konservasi yang mengabaikan prosedur dan dampak terhadap lingkungan
semakin marak terjadi. Taman Nasional Ujung Kulon merupakan perwakilan
ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah yang tersisa dan terluas di Jawa
Barat, serta merupakan habitat yang ideal bagi kelangsungan hidup satwa langka
badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) dan satwa langka lainnya. Karena
memiliki fungsi dan nilai ekologis serta kekayaan flora dan fauna yang tinggi,
Taman Nasional Ujung Kulon perlu dilindungi keberadaannya dengan seperangkat
peraturan.
Pemanfaatan
Ruang Pesisir dan Laut
Taman Nasional Ujung Kulon memiliki
tiga tipe ekosistem yaitu ekosistem perairan laut, ekosistem pesisir dan
ekosistem daratan/ terestrial. Ekosistem perairan laut terdiri dari habitat
terumbu karang dan padang lamun, dengan luas yang ekstensif pada sebagian besar
perairan semenanjung Ujung Kulon, Pulau Handeuleum, Pulau Peucang dan Pulau
Panaitan.
Ekosistem pesisir pantai terdiri
dari hutan pantai dan hutan mangrove yang terdapat pada sepanjang pesisir
pantai dan daerah mangrove di bagian Timur Laut Semenanjung Ujung Kulon dan
pulau-pulau di sekitarnya.
Terumbu karang, padang lamun, dan
garis pantai Taman Nasional ini didominasi oleh sejumlah kecil spesies yang
membentuk 90% masa karang. Di kedalaman 5 – 15 m di bawah permukaan perairan,
karang-karang meja (Acropora spp. dan Pocillopora spp.)
mendominasi perairan dangkal, di samping spesies Millepora platyphylla
dan Poritas lutla. Pada kedalaman 15 m di bawah permukaan perairan
banyak dijumpai kipas laut (Favia spp., Favitis spp., Dipluria
spp., Turbinaria spp. dan Echinopora spp.) (Taman Nasional Ujung
Kulon, 1995). Pada perairan dalam dari kawasan Taman Nasional memiliki berbagai
ragam penghuni seperti Barracuda, ikan layar, tuna, ikan hiu, dugong,
lumba-lumba dan lain-lain.
Jenis-jenis ikan lain yang menarik
di Taman Nasional Ujung Kulon baik yang hidup di perairan laut maupun sungai
antara lain ikan kupu-kupu, badut, bidadari, singa, kakatua, glodok, dan sumpit
(archer fish). Ikan glodok dan ikan sumpit adalah dua jenis ikan yang
sangat aneh dan unik yaitu ikan glodok memiliki kemampuan memanjat akar pohon
bakau, sedangkan ikan sumpit memiliki kemampuan menyemprot air ke atas
permukaan setinggi lebih dari satu meter untuk menembak memangsanya (serangga
kecil) yang berada di daun-daun yang rantingnya menjulur di atas permukaan air.
Kondisi Gugus Pulau-pulau kecil juga
merupakan potensi kelautan yang dimiliki oleh Kabupaten Pandeglang, terdiri
dari Pulau Popole dengan luas 12 ha. Pulau Liwoengan 50 ha. Pulau Peucang 500
ha. Pulau Panaitan 1.080 ha. Pulau Wetar 15 ha, Pulau Sahim 10 ha dan
Pulau Handeuleum 60 ha.
Potensi kelautan yang dimiliki oleh
Kabupaten Pandeglang selain dari potensi pariwisata juga terdapat potensi ikan
laut. Dari data ada 6 TPI (Tempat Pelelangan Ikan), yaitu TPI Labuan, Carita,
Sukanegara. Panimbang. Citeureup, Sumur, Tarnan Jaya dan TPI Sidamukti. Jumlah
produksi ikan laut adalah 4.565.274 kg, dengan nilai Rp. 6.619.784.000,- Ikan
laut ini oleh masyarakat dilakukan pengolahan seperti diasin dengan jumlab
produksi I 0272.3 ton, Pindang 2.073,2 ton, dan peda 1.056,5 ton.
Kondisi
dan Potensi Ekonomi
Kawasan Strategis Nasional Taman
Nasional Ujung Kulon banyak sekali memiliki potensi didalamnya, antara lain
pertanian, peternakan, pertambangan, pariwisata dan lain-lain.
Potensi pertanian yang ada di
Kawasan Strategis Nasional Taman Nasional Ujung Kulon adalah padi sawah, padi
ladang, jagungm kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar.
Produksi tanaman pangan tahun 2010
didominasi oleh padi sawah dengan total produksi 74.564 ton, lalu diikuti
oleh padi ladang 45.609 ton. Sedangkan yang paling kecil produksinya adalah ubi
jalar yaitu 572,9 ton.
Potensi peternakan yang ada di
Kawasan Strategis Nasional Taman Nasional Ujung Kulon adalah sapi, kerbau,
kambing, domba, itik, ayam buras dan ayam ras.
Untuk populasi ternak di Kawasan
Strategis Nasional Taman Nasional Ujung Kulon didominasi oleh kambing yaitu
49.519 ekor, diikuti oleh domba 37.535 ekor, kerbau 9.098 ekor dan sapi 32
ekor. Populasi kambing banyak terdapat di Kecamatan Sumur yaitu 14.995 ekor.
Untuk populasi domba banyak terdapat di Kecamatan Cimanggu yaitu 11.943 ekor.
Untuk kerbau populasi terbanyak ada di Kecamatan Cigeulis yaitu 2.476 ekor.
Populasi sapi hanya terdapat di Kecamatan Cigeulis yaitu 32 ekor.
Untuk populasi unggas di Kawasan
Strategis Nasional Taman Nasional Ujung Kulon banyak terdapat ayam buras dengan
jumlah populasi sebanyak 364.382 ekor, diikuti dengan populasi ayam ras
sebanyak 108.015 ekor dan itik 21.181 ekor. Populasi ayam buras banyak terdapat
di Kecamatan Sumur yaitu 90.961 ekor. Untuk ayam ras banyak terdapat di
Kecamatan Cibaliung yaitu 53.562 ekor dan itik di Kecamatan Sumur yaitu 6.273
ekor.
Potensi pertambangan di Kawasan
Strategis Nasional Taman Nasional Ujung Kulon ada dua jenis yaitu potensi
pertambangan mineral dan potensi pertambangan minyak dan gas bumi.
Untuk potensi pertambangan minyak
dan gas bumi, Kawasan Strategis Nasional Taman Nasional Ujung Kulon
memiliki luas lahan keseluruhan kurang lebih 370.647 (tiga ratus tujuh puluh
ribu enam ratus empat puluh tujuh) hektar meliputi: Kabupaten Pandeglang dan
Kabupaten Lebak.
Perkembangan sektor pariwisata
diantaranya dapat dilihat melalui jumlah kunjungan wisatawan ke objek wisata
dan jumlah tamu yang menginap pada tempat penyedia jasa akomodasi yang ada di
Kabupaten Pandeglang.
Tempat wisata yang ada di Kawasan
Strategis Nasional Taman Nasional Ujung Kulon antara lain Pulau Pecang, Pulau
Handaleum, Pulau Panaitan.
Struktur
Sosial Masyarakat
Masyarakat disekitar Kawasan Taman
Nasional Ujung Kulon, merupakan masyarakat suku Sunda yang berbahasa sunda
sebagai bahasa sehari-hari seperti layaknya suku Sunda yang merupakan mayoritas
masyarakat Jawa Barat atau Banten.
Potensi
Budaya dan Adat Istiadat
Terdapat potensi budaya dan adat
istiadat terutama di bidang tari-tarian tradisional termasuk seni gerak seperti
bela diri atau pencak silat dan lagu-lagu daerah yang cukup potensial di angkat
untuk mendukung kegiatan pariwisata sebagai atraksi wisata terutama tari kuda
lumping, tari jaipong, kendang penca serta lagu-lagu daerah berbahasa sunda.
Potensi ini sangat mungkin dikembangkan dalam rangka mendukung kegiatan
pariwisata yang selama ini belum digalakan oleh pemerintah daerah maupun
masyarakat setempat. Di dalam Taman Nasional Ujung Kulon, terdapat juga
tempat-tempat yang dikeramatkan bagi kepentingan yang terkait dengan kegiatan
budaya dengan tujuan ziarah, yang terpenting adalah gua sangiang sirah yang
sangat terkenal, yang terletak di ujung barat semenanjung Ujung Kulon.
0 komentar:
Posting Komentar