1. Wayang Indonesia
Wayang telah diakui oleh UNESCO
sebagai daftar perwakilan Warisan Budaya Takbenda dari Indonesia pada tahun
2008. Wayang adalah salah satu seni pertunjukan rakyat yang masih banyak
penggemarnya hingga saat ini. Pertunjukan wayang dimainkan oleh seorang dalang
dengan menggerakkan tokoh-tokoh pewayangan yang dipilih sesuai dengan cerita
yang dibawakan. Cerita-cerita yang dipilih bersumber pada kitab Mahabarata dan
Ramayana yang bernafaskan kebudayaan dan filsafat Hindu, India, namun telah
diserap ke dalam kebudayaan Indonesia. Dalam setiap pegelaran, sang dalang
dibantu para swarawati atau sindhen dan para penabuh gamelan atau niyaga,
sehingga pertunjukan wayang melibatkan banyak orang. Di Indonesia, Wayang telah
menyebar hampir keseluruh bagian wilayah Indonesia. Jenis-jenisnya pun beragam
yang diantaranya adalah : Wayang kulit Purwa, Wayang Golek Sunda, Wayang
Orang, Wayang Betawi, Wayang Bali, Wayang Banjar, Wayang Suluh, Wayang
Palembang, Wayang Krucil, Wayang Thengul, Wayang Timplong, Wayang Kancil,
Wayang Rumput, Wayang Cepak, Wayang Jemblung, Wayang Sasak (Lombok), dan Wayang
Beber.
2. Keris Indonesia
Keris adalah benda budaya yang
eksotik dan original. Ini merupakan ‘karya seni’ sekaligus ‘benda budaya’
asli Nusantara. Budaya keris terbentang dari Ujung pulau Sumatra di barat,
Semenanjung Siam dan Sulu di Utara, Gugusan kepulauan Maluku di Timur dan
Kepulauan Nusa Tenggara di Selatan. Keris menjadi identitas pengikat yang
mendorong rasa kebangsaan itu tumbuh subur di Nusantara. Pada tahun
2005, Keris Indonesia telah diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda dari
Indonesia .
Keris merupakan senjata tikam
golongan belati (berujung runcing dan tajam pada kedua sisinya) dengan banyak
fungsi budaya yang dikenal di kawasan Nusantara bagian barat dan tengah.
Bentuknya khas dan mudah dibedakan dari senjata tajam lainnya karena tidak
simetris di bagian pangkal yang melebar, seringkali bilahnya berkelok-kelok,
dan banyak di antaranya memiliki pamor (serat-serat lapisan logam cerah)
pada helai bilah. Pada masa lalu keris berfungsi sebagai senjata dalam
duel/peperangan, sekaligus sebagai benda pelengkap sesajian. Saat ini,
penggunaan keris lebih banyak sebagai ornamen pelengkap dalam berbusana adat.
Sebagai produk kebudayaan, keris mengandung sejumlah nilai luhur kebudayaan
pembuatnya yang disimbolkan dalam berbagai bagian keris. Selain itu, keris juga
marak menjadi benda koleksi yang dinilai dari segi estetikanya.
3. Batik Indonesia
Pada dasarnya, batik merupakan seni
lukis yang menggunakan canting sebagai alat untuk melukisnya. Canting sendiri
merupakan sebuah alat berbentuk mangkok kecil yang terbuat dari tembaga dan
memiliki carat atau monong, dengan tangkai dari bambu atau kayu yang dapat
diisi malam (lilin) sebagai bahan untuk melukis. Canting ini dapat
membuat kumpulan garis, titik atau cecek yang pada akhirnya membentuk
pola-pola. Pola-pola inilah yang kemudian menjadi ragam hias dalam kesenian
Batik.
Membatik telah diwariskan secara
turun temurun hingga saat ini. Dengan pola tradisional ini, sejak dahulu
masyarakat menuangkan imajinasi melalui gambar pada batik. Masyarakat juga
telah mengenal seni pewarnaan tradisional dengan bahan-bahan alami sebelum
mengenal pewarnaan dengan bahan kimia. Batik yang tersebar hampir
diseluruh Indonesia memiliki bentuk ragam hias yang berbeda-beda diantara satu
dan lainnya. Pada tahun 2009, Batik diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya
Takbenda dari Indonesia.
4. Angklung
Angklung adalah alat musik
tradisional Indonesia yang terbuat dari bambu dan dibunyikan dengan cara
digoyangkan. Alat musik ini berasal dari Tanah Sunda. Kata Angklung berasal
dari Bahasa Sunda “angkleung-angkleungan” yaitu gerakan pemain Angklung
dan suara “klung” yang dihasilkannya. Secara etimologis, Angklung berasal dari
kata “angka” yang berarti nada dan “lung” yang berarti pecah. Jadi Angklung
merujuk nada yang pecah atau nada yang tidak lengkap. Setiap angklung akan
menghasilkan nada yang berbeda, sehingga setiap penampilan membutuhkan lebih
dari satu angklung. Sedikitnya delapan nada dihasilkan oleh angklung. Angklung
telah diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda dari Indonesia pada
tahun 2010.
5. Tari Saman Gayo dari Nanggroe Aceh Darussalam
Saman adalah salah satu kesenian
tradisional yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat Gayo di Kabupaten Gayo
Lues, Aceh Tenggara, Aceh Timur (Kecamatan Serbejadi), Kabupaten Aceh Tamiang
(Tamiang Hulu). Saman merupakan permainan tradisi yang biasa dilakukan oleh
laki laki yang umumnya usia muda untuk mengisi waktu luangnya. Baik pada saat
di sawah, mersah, sepulang mengaji di rumah pun mereka menyempatkan diri
berlatih Saman. Permainan Saman menjadi sebuah seni pertunjukan yang sering
dipentaskan sebagai media silaturahmi, menjalin persahabatan, penyampaian
pesan-pesan moral, pantun muda-mudi, penggambaran alam dan lingkungan sekitar,
dan sebagainya. Tari Saman diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda
yang membutuhkan pelindungan mendesak dari Indonesia pada tahun 2011.
6. Noken dari Papua
Noken Papua adalah hasil daya
cipta, rasa dan karsa yang dimiliki manusia berbudaya dan beradat. Walaupun
Noken berbentuk seperti halnya tas yang berfungsi sebagai tempat untuk
menyimpan berbagai macam benda dan peralatan, namun masyarakat Papua sendiri
tidak menyebut noken sebagai tas. Bagi masyarakat Papua, Noken memiliki
perbedaan yang sangat signifikan dengan tas yang diproduksi pabrik, baik secara
bahan, jenis, model maupun bentuk Noken. Pada tahun 2011 Noken Papua dinobatkan
oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda dari Indonesia yang membutuhkan
pelindungan mendesak.
7. Tenun Ikat Sumba
Kain tenun ikat adalah kain tenun
yang pembuatan motifnya menggunakan teknik ikat. Teknik ikat dilakukan dengan
bagian-bagian tertentu dari benang, dengan maksud agar bagian-bagian yang
terikat itu tidak terwarnai ketika benang dimasukkan kedalam cairan pewarna.
Bagian-bagian yang diikat telah diperhitungkan sedemikian rupa, sehingga
setelah ditenun akan membetuk motif-motif yang sesuai dengan yang diinginkan.
Pemerintah Indonesia sedang dalam proses mengajukan Tenun Ikat Sumba ke UNESCO
untuk ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda dari Indonesia.
8. Rencong dari Nanggroe Aceh Darussalam
Rencong adalah simbol keberanian
dan kegagahan ureueng Aceh. Bagi siapa saja yang memegang senjata akan merasa lebih
berani di dalam menghadapi musuh. Pada masa sekarang, senjata ini memang sudah
tidak begitu relevan untuk digunakan sebagai senjata penyerang. Namum demikian,
senjata ini masih relevan sebagai sebuah simbolisasi dari keberanian,
ketangguhan, dan kejantanan dari masyarakat Aceh. Untuk itu, pada beberapa
upacara (seperti upacara pernikahan) rencong dipakai. Pemakaian benda ini lebih
mengarah kepada simbolisasi dari keberanian dari seorang lelaki dalam memimpin
keluarga setelah menikah.
9. Tari Tor tor dari Sumatera Utara
Tari Tor tor merupakan
tarian yang berasal dari Sumatera Utara. Tor-Tor pada awalnya bukanlah
suatu tarian, tetapi sebagai pelengkap gondang (uning-uningan) yang berdasarkan
kepada falsafah adat itu sendiri. Di dalam upacara-upacara adat di Mandailing
dimana uning-uningan dibunyikan (margondang), selalu dilengkapi dengan acara manortor.
Pada awalnya manortor hanya diadakan pada acara-acara adat margondang,
namun dalam perkembangan selanjutnya manortor ini juga sudah dilakukan
pada acara-acara hiburan dengan cara memodifikasi tor-tor sedemikian
rupa agar lebih menarik bagi penonton yang dalam perkembangannya mengarah
menjadi tarian.
10. Gordang Sembilang dari Sumatera Utara
Sesuai dengan namanya Gordang
Sambilan terdiri dari sembilan buah gendang dengan ukuran yang relatif besar
dan panjang. Adapun kesembilan gendang tersebut mempunyai ukuran yang berurutan
dari yang besar ke ukuran yang paling kecil. Gordang Sambilan dikenal
pada masa sebelum Islam yang mempunyai fungsi untuk upacara memanggil roh nenek
moyang apabila diperlukan pertolongannya. Upacara tersebut dinamakan paturuan
Sibaso yang berarti memanggil roh untuk merasuki/menyurupi medium
Sibaso). Tujuan pemanggilan ini adalah untuk minta pertolongan roh nenek moyang
untuk mengatasi kesulitan yang sedang menimpa masyarakat. Misalnya penyakit
yang sedang mewabah karena adanya suatu penularan penyakit yang menyerang
suatu wilayah. Di samping itu Gordang Sambilan juga digunakan untuk upacara
meminta hujan (mangido udan) agar hujan turun sehingga dapat mengatasi
kekeringan yang menganggu aktivitas pertanian. Juga bertujuan untuk
menghentikan hujan yang telah berlangsung secara terus menerus yang sudah
menimbulkan kerusakan .
11. Rumah Adat Karo dari Sumatera Utara
Rumah adat Karo terkenal dengan
nama rumah si waluh jabu artinya “rumah yang didiami delapan
keluarga”. Di dalam rumah tersebut diatur menurut ketentuan adat. Adapun
delapan keluarga ini memiliki posisi yang berbeda-beda dalam menempati rumah
adat. Rumah adat Karo didirikan berdasarkan arah kenjehe (hilir) dan kenjulu
(hulu) sesuai aliran sungai pada suatu kampung. 5. Randang dari
Sumatera Barat Rendang dalam bahasa Minangkabau disebut dengan randang
adalah salah satu makanan tradisional khas Minangkabau yang sangat terkenal
ke seantaro penjuru nusantara. Randang tersebut memiliki beberapa warna,
yakni merah kecoklatan, coklat, sampai coklat kehitaman. Pengertian randang yang
diambil dari kata marandang, yakni suatu proses pengolahan lauk berbahan
dasar santan yang dimasak sampai kandungan airnya berkurang, bahkan sampai
kering sehingga apabila disebut randang itu artinya olahan masakan yang
kering tanpa mengandung air.
12. Sistem Matrilineal dari Sumatera Barat
Sistem Matrilineal merupakan sebuah
sistem yang dipegang teguh oleh masyarakat Minangkabau sampai sekarang ini. Di
Minangkabau terkenal dengan garis keturunan matrilineal. Biasanya
wanita-wanitanya yang memiliki rumah dan sawah. Rumah tangga-rumah tangga
dikelompokkan menjadi clan yang didasarkan pada garis keturunan wanita.
Setiap anak wanita mendapat warisan dari ibunya dengan memperoleh bagian yang
sama besarnya dari sawah milik ibunya. 7. Rumah Gadang dari Sumatera Barat.
13. Rumah Gadang dari Sumatera Barat
Rumah Gadang adalah rumah adat
Minangkabau yang dibangun di atas tiang-tiang tinggi dan bersendikan batu.
Secara bahasa, Rumah Gadang berarti Rumah Besar. Rumah ini memang ada
yang besar, dengan jumah kamar sampai sembilan, sebelas bahkan lebih, sesuai
kemampuan ekonomi kaum yang membangun dan jumlah perempuan yang menghuninya.
Makna “gadang” atau “besar” Rumah Gadang lebih mengacu ke fungsinya.
14. Aksara Ka Ga Nga dari Bengkulu
Dalam perspektif sejarah, secara
umum kita mengenal aksara daerah di Indonesia pada dasarnya berasal dari India,
termasuk diantaranya aksara Ka Ga Nga. Penyebaran aksara Ka Ga Nga banyak
terdapat di daerah Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan dan Lampung.
15. Dulmuluk dari Sumatera Selatan
Dulmuluk berawal dari kitab Kejayaan
Kerajaan Melayu yang selesai ditulis pada 2 juli 1845, yang berjudul Syair
Abdul Muluk. Teater Dulmuluk adalah teater tradisional Sumatera Selatan yang
lahir di Kota palembang. Awal mula terbentuknya teater ini adalah berupa
pembacaan syair oleh Wan Bakar yang membacakan tentang syair Abdul Muluk
disekitar rumahnya di Tangga Takat 16 Ulu pada tahun 1854. Agar lebih menarik
pembacaan syair kemudian disertai dengan peragaan oleh beberapa orang ditambah
iringan musik gambus dan terbangan.
16. Songket Palembang dari Sumatera Selatan
Songket Palembang sudah ada sejak
zaman Kesultanan Palembang. Songket telah ada di Palembang sejak ratusan tahun
silam dan diyakini sejak zaman Sriwijaya. Pada waktu itu kerajinan songket
merupakan suatu usaha sambilan bagi penduduk asli Palembang. Songket telah ada
bersamaan munculnya Kesultanan Palembang Darussalam (1659-1823).
Berdasarkan catatan sejarah yang berhak dan pantas memakai songket pada waktu
itu adalah raja atau sultan dan kerabat keraton. Songket yang dipakai oleh para
sultan di Palembang merupakan pelengkap pakaian kebesaran.
17. Mak Yong dari Kepulauan Riau
Di daerah Kepulauan Riau, tradisi
lisan Mak Yong telah dipertunjukkan sejak beberapa abad yang lalu dan menyebar
sampai ke Bangka, Johor, Malaka, dan Pulau Pinang. Di Kepulauan Riau, Tradisi
lisan ini berkembang pesat pada masa pemerintahan Kesultanan Riau (1722-1911).
Seni pertunjukan teater Makyong dimainkan dengan tarian, nyanyian, dan lawakan
yang terjalin dalam suatu alur cerita. Pemainnya 20 orang, yang pria bertopeng
sedangkan yang wanita mengenakan kostum gemerlap.
18. Krinok dari Jambi
Krinok merupakan salah satu
seni vokal tradisi yang dimiliki masyarakat Melayu di Kecamatan Rantau Pandan
Kabupaten Muara Bungo. Seniman krinok mengatakan krinok adalah kesenian tertua
yang telah ada sejak masa pra sejarah dan masih dapat dijumpai hingga saat ini.
Ja’far Rassuh menduga cikal bakal krinok sebagai sebuah seni suara telah ada
jauh sebelum masuknya agama Budha ke wilayah Jambi. Pada masa itu seni vokal
digunakan untuk pembacaan mantra atau do’a tertentu, inilah yang kemudian
berkembang menjadi kesenian krinok.
19. Dambus dari Bangka Belitung
Dambus merupakan musik yang telah
berusia ratusan tahun dan masih bertahan di Bangka Belitung. Gambus berkembang
sejak abad ke-19 bersama dengan kedatangan para imigran Arab dari Hadramaut,
Yaman Selatan ke Nusantara. Dengan menggunakan syair-syair kasidah,
gambus mengajak masyarakat mendekatkan diri pada Allah dan mengikuti teladan
Rasul-Nya. Oleh karenanya, gambus digunakan para imigran menjadi sarana dakwah
di nusantara. Langkah ini kemudian diteruskan oleh para ulama untuk berdakwah
Islam.
20. Tenun Siak dari Riau
Perkembangan Tenun Siak bermula
ketika Siak diperintah Sultan Said Syarif Ali, sekitar tahun 1800, ketika usaha
kerajinan tenun ini mulai dikenal luas. Pada masa lalu ada seorang bernama
Encik Siti binti E. Wan Karim yang berasal dari Trengganu, yang tenunannya
menggunakan benang sutera, katun dan emas. Tenunan itu sangat disenangi oleh
kalangan istana. Ia mengembangkan motif tradisional dan ciptaan baru sehingga
dikenal dan disukai kembali setelah agak terlupakan. Hingga kini, penenun Siak
dianggap lebih teguh mengembangkan corak asli Melayu, yaitu pucuk rebung, awan
larat, bunga cengkih, tampuk manggis, semut beriring, siku keluang, dan itik pulang
petang.
21. Gazal dari Kepulauan Riau
Ghazal adalah semacam musik
orkestra tradisi Melayu yang berkembang di Kepulauan Riau. Asal Ghazalini dapat
ditelusuri dari irama padang pasir atau Timur Tengah yang menyebar ke Johor
Malaysia dan kemudian terus menyebar dan berkembang di Kepulauan Riau yaitu;
Penyengat, Tanjung Balai Karimun, Tanjung Batu, dan Batam.
Kesenian musik ghazal ini mulai
dikenal dan dikembangkan sejak zaman Kerajaan Melayu dan pada wakt itu tampil
musik ghazal ini untuk mengisi acara-acara Permbesar Kerajaan. Pendiri pertama
musik ghazal ini adalah Bapak Haji Kenal Muse atau yang lebih dikenal dengan
nama Pak Lomak yang berasal dari Johor Baru.
22. Gurindam Dua Belas dari Kepulauan Riau
Kumpulan Gurindam Duabelas dikarang
oleh Raja Ali Haji dari Riau. Dinamakan Gurindam Dua Belas oleh karena
berisi 12 pasal, antara lain tentang ibadah, kewajiban raja, kewajiban anak
terhadap orang tua, tugas orang tua kepada anak, budi pekerti dan hidup
bermasyarakat.
23. Tabot dari Bengkulu dan Tabuik dari Sumatera Barat
Berasal dari kata ‘tabut’, dari
bahasa Arab yang berarti mengarak. Upacara Tabot / Tabuik merupakan sebuah tradisi
masyarakat di Bengkulu dan di pantai barat, Sumatera Barat, yang
diselenggarakan secara turun menurun. Upacara ini digelar di hari Asyura yang
jatuh pada tanggal 10 Muharram, dalam kalender Islam untuk memperingati
kematian cucu Nabi Muhammad, Husein.
24. Muang Jong atau Buang Jong dari Bangka Belitung
Buang Jong merupakan salah satu
upacara tradisional yang secara turun-temurun dilakukan oleh masyarakat suku
Sawang di Pulau Belitung. Suku Sawang adalah suku pelaut yang dulunya, selama
ratusan tahun, menetap di lautan. Muang Jong sendiri memiliki arti melepaskan
perahu kecil ke laut. Perahu kecil tersebut berbentuk kerangka yang didalamnya
berisikan sesajian. “Ancak” yaitu rumah-rumahan juga berbentuk kerangka yang
melambangkan tempat tinggal. Tradisi budaya ini secara turun-temurun dilakukan
setiap tahun oleh masyarakat Suku Sawang di Kabupaten Belitung menjelang musim
Tenggara, sekitar bulan Agustus atau September. Dimana angin dan ombak laut
pada bulan tersebut sangat ganas dan mengerikan. Ritual Muang Jong dengan
bertujuan memohon perlindungan agar terhindar dari bencana yang akan menimpa,
terutama di laut.
0 komentar:
Posting Komentar